Meriam perunggu kapal perang Inggris Victory ditemukan oleh para arkelog kelautan, di perairan Florida (2/2). Kapal tersebut berlayar pada masa Raja George I, 264 tahun yang lalu. Foto: AP/Odyssey Marine Exploration, Inc
- Sejumlah arkeolog menyatakan menemukan enam meriam yang diduga dipakai pelaut terkemuka asal Welsh Henry Morgan. Mereka meyakini meriam itu berasal dari puing-puing kapal pasukan Henry yang tenggelam di perairan Panama.
Arkeolog yang tergabung dalam tim peneliti dari Amerika- Panama, memulihkan artefak ini dengan harapan bisa mengingatkan orang akan Legenda Laut Caribia."Setiap anak sekolah belajar mengenai Morgan, tetapi mereka tak pernah melihat peninggalannya," kata Arkelog Tomas Mendizibal, peneliti Patronato Panama Viejo, lembaga pemerintah yang menggali situs tentang Panama City. "Jika memang ini memang meriamnya, ini menjadi benda pertama," kata Mendizibal yang tak terkait dengan penemuan ini.
Pada tahun 1670-an, 470 laki-laki pasukan Morgan berangkat berlayar dengan tiga kapal menuju Castillo de San Lorenzo el Real de Chagres, benteng pelindung ibukota Panama City. Morgan dan pelaut lainnya melalui Sungai Chagres untuk bergabung dengan mereka, saat mereka merebut kota. Setidaknya tiga kapal menabrak Karang Lajas dan tenggelam.
Pasukan Morgan menepi dan menuju Panama City, yang berhasil mereka taklukkan, dengan berjalan kako. Kapal mereka yang rusak diabaikan dan menjadi harta karun bagi para arkeolog dan penjarah.
Morgan selama ini lebih dikenal sebagai perompak atau bajak laut, tetapi dia menjadi utusan kerajaan Inggris untuk menyerang kapal musuh dan melindungi koloni Inggris di Barbados dan Jamaica. Karena Angkatan Laut Inggris tak mampu melakukannya. Perompak Mogan selalu menjadi momok bagi pasukan Spanyol di Caribia dan Morgan menjadi kstaria serta dijadikan sebagai gubernur Jamaica.
Tim eksplorasi gabungan Amerika-Panama menyelusuri Sungai Chagres sejak 2008. Mereka banyak menemukan berbagai hal penting dalam sejarah. Sejak ditemukan Christopher Columbus 1502 dalam pelayaran keempatnya menuju dunia baru, Sungai Chagres menjadi pintu masuk menuju Panama City, pelabuhan utama Spanyol di Pasifik.
Arkeolog yang tergabung dalam tim peneliti dari Amerika- Panama, memulihkan artefak ini dengan harapan bisa mengingatkan orang akan Legenda Laut Caribia."Setiap anak sekolah belajar mengenai Morgan, tetapi mereka tak pernah melihat peninggalannya," kata Arkelog Tomas Mendizibal, peneliti Patronato Panama Viejo, lembaga pemerintah yang menggali situs tentang Panama City. "Jika memang ini memang meriamnya, ini menjadi benda pertama," kata Mendizibal yang tak terkait dengan penemuan ini.
Pada tahun 1670-an, 470 laki-laki pasukan Morgan berangkat berlayar dengan tiga kapal menuju Castillo de San Lorenzo el Real de Chagres, benteng pelindung ibukota Panama City. Morgan dan pelaut lainnya melalui Sungai Chagres untuk bergabung dengan mereka, saat mereka merebut kota. Setidaknya tiga kapal menabrak Karang Lajas dan tenggelam.
Pasukan Morgan menepi dan menuju Panama City, yang berhasil mereka taklukkan, dengan berjalan kako. Kapal mereka yang rusak diabaikan dan menjadi harta karun bagi para arkeolog dan penjarah.
Morgan selama ini lebih dikenal sebagai perompak atau bajak laut, tetapi dia menjadi utusan kerajaan Inggris untuk menyerang kapal musuh dan melindungi koloni Inggris di Barbados dan Jamaica. Karena Angkatan Laut Inggris tak mampu melakukannya. Perompak Mogan selalu menjadi momok bagi pasukan Spanyol di Caribia dan Morgan menjadi kstaria serta dijadikan sebagai gubernur Jamaica.
Tim eksplorasi gabungan Amerika-Panama menyelusuri Sungai Chagres sejak 2008. Mereka banyak menemukan berbagai hal penting dalam sejarah. Sejak ditemukan Christopher Columbus 1502 dalam pelayaran keempatnya menuju dunia baru, Sungai Chagres menjadi pintu masuk menuju Panama City, pelabuhan utama Spanyol di Pasifik.
Setelah lepas dari kerajaan Spanyol pada akhir abad 18, Panama City menjadi pelabuhan mati dan pintu masuk bagi penyeludupan serta jual beli barang haram. Saat perburuan emas berlangsung di California, Sungai Chagres menjadi hidup lagi seiring dengan pembangunan jalur kereta api ke Colon dan tahun 1855 sungai ini menjadi terkucilkan lagi.
Di dasar Karang Lajas, arkeolog sekaligus Direktur National Oceanic and Atmospheric Administration Maritime Heritage Program di Silver Spring James P. Delgado, mengatakan, tim ini menemukan enam meriam. Semua meriam tertutup endapan lumpur, yang sudah menjadi batu, yang terbentuk sejak berabad-abad. Meriam diperkirakan berasal dari abad 17 dari kapal Morgan "yang dipakai untuk bertahan dari gempuran kapal Prancis," kata Delgado. "Orang-orang itu mengambil apapun yang bisa mereka bertahan."
Para arkeolog memperkirakan ada dua senjata terkubur di pasir bersama angkur, keramik, botol, dan artefak lain. Magnetometer mengindikasikan bahwa objek baja lain terkubur lebih dalam.
"Satu-satunya kecelakaan yang kami ketahui terjadi di karang itu miliknya (Morgan)," kata Delgado, yang bekerja bersama rekannya dari Texas State University-San Marcos, Waitt Institute di La Jolla dan National Institute of Culture Panama. Terlebih, penemuan peta tua di arsip lokal mengindikasikan lokasi kecelakaan di tempat dimana tim menemukan meriam itu. Para arkeolog tak berniat membawa meriam ke permukaan. Namun mereka khawatir situs itu sudah diketahui pemburu harta karun.
Di dasar Karang Lajas, arkeolog sekaligus Direktur National Oceanic and Atmospheric Administration Maritime Heritage Program di Silver Spring James P. Delgado, mengatakan, tim ini menemukan enam meriam. Semua meriam tertutup endapan lumpur, yang sudah menjadi batu, yang terbentuk sejak berabad-abad. Meriam diperkirakan berasal dari abad 17 dari kapal Morgan "yang dipakai untuk bertahan dari gempuran kapal Prancis," kata Delgado. "Orang-orang itu mengambil apapun yang bisa mereka bertahan."
Para arkeolog memperkirakan ada dua senjata terkubur di pasir bersama angkur, keramik, botol, dan artefak lain. Magnetometer mengindikasikan bahwa objek baja lain terkubur lebih dalam.
"Satu-satunya kecelakaan yang kami ketahui terjadi di karang itu miliknya (Morgan)," kata Delgado, yang bekerja bersama rekannya dari Texas State University-San Marcos, Waitt Institute di La Jolla dan National Institute of Culture Panama. Terlebih, penemuan peta tua di arsip lokal mengindikasikan lokasi kecelakaan di tempat dimana tim menemukan meriam itu. Para arkeolog tak berniat membawa meriam ke permukaan. Namun mereka khawatir situs itu sudah diketahui pemburu harta karun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar