- Jurnal Science edisi 27 Januari 2011 mengulas panjang-lebar tentang "Out of Africa". Media bergengsi tersebut tidak bercerita tentang film Out of Africa produksi 1985 yang dibintangi Meryl Streep dan Robert Redford, melainkan migrasi Homo sapiens atau nenek moyang manusia modern keluar dari Afrika.
Sampai saat ini, para ahli sepakat bahwa Benua Hitam itu sebagai awal munculnya genus Homo, termasuk Homo sapiens, yang menjadi cikal bakal kita. Hal tersebut berdasarkan dukungan ilmu genetika melalui penelitian DNA mitokondria gen perempuan ("Eve" mitochondrial gen) dan Y kromosom gen laki-laki ("Adam" Y chromosome).
Berdasarkan biomolecular dating, kronologi migrasinya sebagai berikut 120k (ribu tahun lalu) ke Afrika Selatan, 100k mencapai Israel, 70-50k mencapai Arabia dan wilayah Timur Tengah, serta 50-30k mencapai Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Australia. Cabang lain ke Eropa dan Siberia; 20-15k mencapai Bering dan Alaska, Amerika Utara; 15-12k mencapai Amerika Selatan.
Migrasi Homo erectus (spesies jauh sebelum Homo sapiens) dan Homo sapiens sangat dibantu oleh "global cooling" yang terjadi sejak 5 atau 6 M (juta tahun lalu), pada awal Pliosen. Zaman glasiasi merendahkan air laut, melebarkan daratan, menyempitkan laut, dan membentuk banyak jembatan daratan.
Bukti-bukti saat ini pada deep sea core menunjukkan turunnya temperatur dan luasnya glasiasi dalam tiga juta tahun terakhir. Siklus isotop oksigen yang diukur pada rangka fauna mikroskopik di dalam core menunjukkan fluktuasi muka laut ini yang mengikuti periode dingin dan hangat sejarah bumi.
Ternyata pada periode 70k bumi memasuki zaman es terakhir. Permukaan laut menjadi lebih rendah 100-200 meter ketika air tertahan di gletser. Pada bagian tersempit, muara Laut Merah di antara Tanduk Afrika dan Arabia akan berjarak beberapa kilometer saja. Dengan rakit atau perahu sederhana, Homo sapiens dapat menyeberanginya untuk bermigrasi ke luar Afrika.
Simon Armitage dari Royal Holloway University of London, dalam tulisannya di jurnal Science ini, menyebutkan, lewat celah sempit di Tanduk Afrika itulah manusia modern keluar Afrika. "Mereka tiba di Arabia timur jauh lebih awal, yakni 125 ribu tahun lalu, dan tidak melalui Lembah Sungai Nil atau Timur Dekat seperti hasil penelitian selama ini," katanya.
Armitage mendasari kesimpulannya setelah melakukan penggalian di situs arkeologi Jebel Faya di Uni Emirat Arab. Tim ahli internasional itu menemukan peralatan tangan yang relatif primitif yang dipakai untuk mencakar dan melubangi.
Peralatan yang menyiratkan adanya inovasi teknologi dari manusia purba itu terkubur dalam sedimen yang terdiri atas batu dan pasir. Dari pengukuran karbon, alat-alat itu berusia sekitar 125 ribu tahun.
Temuan serta analisis Armitage dan timnya membuka analisis baru teori Out of Africa selama ini. Apa itu? Bahwa keluarnya manusia modern dari Afrika pertama kali belum tentu melewati Terusan Suez.
Memang isu tentang kapan dan melalui jalur mana penyebaran manusia modern dari Afrika menjadi sumber perdebatan sejak dulu. Walaupun ada bukti yang menunjukkan eksodus di sepanjang pantai Laut Tengah atau pesisir Arab sekitar 60 ribu tahun lalu.
Selain Armitage dan koleganya, tim peneliti lain adalah Hans Peter Uerpmann dari University of Tubingen di Jerman. Gabungan tim peneliti ini menganalisis permukaan laut dan catatan perubahan iklim di wilayah Tanduk Afrika selama periode interglacial terakhir atau sekitar 130 ribu tahun lalu.
Mereka menemukan petunjuk bahwa Selat Bab al-Mandab, yang memisahkan Arab dari Tanduk Afrika, menyempit karena paras muka laut yang rendah. "Manusia modern mungkin bisa berjalan menggunakan rakit atau perahu yang tentu dapat dibuat pada waktu itu," kata Uerpmann.
Dari sini menjadi gerbang eksodus Homo sapiens ke Semenanjung Arab, kemudian ke Bulan Sabit Subur dan India. "Arkeologi tanpa waktu seperti sebuah teka-teki dengan ujung saling terhapus," kata Armitage.
Menurut Armitage, kita memiliki banyak potongan informasi individu, tapi tidak dapat memasukkan mereka bersama-sama untuk menghasilkan gambar yang besar. Pada Jebel Faya, katanya, waktu mengungkapkan gambaran menarik di mana manusia modern bermigrasi keluar dari Afrika lebih awal dari perkiraan sebelumnya. Hal ini dibantu oleh fluktuasi iklim global dan permukaan laut di Jazirah Arab.
Peneliti lain antusias dengan penemuan di Jebel Faya. Namun mereka berhati-hati terhadap kesimpulannya. "Satu situs tidak dapat mengkonfirmasi hipotesis bahwa 'Out of Africa' melalui Saudi," kata arkeolog Mark Beech, dari Britain's University of York.