Jumat, 11 Maret 2011

Pakaian Muncul 170 Ribu Tahun Lalu

Foto: stayfitbug.com
- FLORIDA -- Pertama kali manusia mengenal pakaian diperkirakan sekitar 170 ribu tahun silam. Setelah itu mereka berani melakukan perjalanan ke daerah dingin. Demikian sebuah studi menyimpulkan setelah mempelajari evolusi kutu.


Dr David Reed, mammalogist dari University of Florida, Amerika Serikat, sengaja mempelajari sejenis kutu rambut pada manusia modern untuk lebih memahami evolusi manusia dan pola migrasi.

Penelitiannya menunjukkan bahwa manusia modern mulai mengenakan pakaian sekitar 70 ribu tahun lalu sebelum berpindah ke wilayah dengan suhu lebih dingin. Itu terjadi sekitar 100 ribu tahun lalu.

Untuk menghitung dengan tepat jangka waktu tersebut sangat tidak mungkin dengan menggunakan data arkeologi. Sebab, tak ada bagian pakaian buatan manusia pertama yang masih tersisa saat ini.

Untuk itu, penelitian selama 5 tahun yang dilakukan Reed menggunakan rangkaian DNA kutu. Maksudnya untuk menghitung kapan pertama kali kutu pakaian mulai berubah secara genetis dari kutu rambut manusia.

"Kutu mampu beradaptasi dengan baik di pakaian. Kita tahu bahwa kutu kepala atau kutu pakaian hampir tidak ada sebelum pakaian itu melekat di tubuh manusia," tutur Reed.

Studi itu juga menyimpulkan bahwa manusia mulai menggunakan pakaian setelah rambut lebat yang ada di tubuh mulai rontok. Menurut penelitian genetis warna kulit, hal itu terjadi sekitar 1 juta tahun lalu.

Reed mengatakan cukup lama manusia tak memiliki pelindung tubuh sejak rambut di badan menghilang dan pakaian mulai dikenakan.

Teka-teki Homo Sapiens Keluar Afrika

fann.sk
- Jurnal Science edisi 27 Januari 2011 mengulas panjang-lebar tentang "Out of Africa". Media bergengsi tersebut tidak bercerita tentang film Out of Africa produksi 1985 yang dibintangi Meryl Streep dan Robert Redford, melainkan migrasi Homo sapiens atau nenek moyang manusia modern keluar dari Afrika.

Sampai saat ini, para ahli sepakat bahwa Benua Hitam itu sebagai awal munculnya genus Homo, termasuk Homo sapiens, yang menjadi cikal bakal kita. Hal tersebut berdasarkan dukungan ilmu genetika melalui penelitian DNA mitokondria gen perempuan ("Eve" mitochondrial gen) dan Y kromosom gen laki-laki ("Adam" Y chromosome).

Berdasarkan biomolecular dating, kronologi migrasinya sebagai berikut 120k (ribu tahun lalu) ke Afrika Selatan, 100k mencapai Israel, 70-50k mencapai Arabia dan wilayah Timur Tengah, serta 50-30k mencapai Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Australia. Cabang lain ke Eropa dan Siberia; 20-15k mencapai Bering dan Alaska, Amerika Utara; 15-12k mencapai Amerika Selatan.

Migrasi Homo erectus (spesies jauh sebelum Homo sapiens) dan Homo sapiens sangat dibantu oleh "global cooling" yang terjadi sejak 5 atau 6 M (juta tahun lalu), pada awal Pliosen. Zaman glasiasi merendahkan air laut, melebarkan daratan, menyempitkan laut, dan membentuk banyak jembatan daratan.

Bukti-bukti saat ini pada deep sea core menunjukkan turunnya temperatur dan luasnya glasiasi dalam tiga juta tahun terakhir. Siklus isotop oksigen yang diukur pada rangka fauna mikroskopik di dalam core menunjukkan fluktuasi muka laut ini yang mengikuti periode dingin dan hangat sejarah bumi.

Ternyata pada periode 70k bumi memasuki zaman es terakhir. Permukaan laut menjadi lebih rendah 100-200 meter ketika air tertahan di gletser. Pada bagian tersempit, muara Laut Merah di antara Tanduk Afrika dan Arabia akan berjarak beberapa kilometer saja. Dengan rakit atau perahu sederhana, Homo sapiens dapat menyeberanginya untuk bermigrasi ke luar Afrika.

Simon Armitage dari Royal Holloway University of London, dalam tulisannya di jurnal Science ini, menyebutkan, lewat celah sempit di Tanduk Afrika itulah manusia modern keluar Afrika. "Mereka tiba di Arabia timur jauh lebih awal, yakni 125 ribu tahun lalu, dan tidak melalui Lembah Sungai Nil atau Timur Dekat seperti hasil penelitian selama ini," katanya.

Armitage mendasari kesimpulannya setelah melakukan penggalian di situs arkeologi Jebel Faya di Uni Emirat Arab. Tim ahli internasional itu menemukan peralatan tangan yang relatif primitif yang dipakai untuk mencakar dan melubangi.

Peralatan yang menyiratkan adanya inovasi teknologi dari manusia purba itu terkubur dalam sedimen yang terdiri atas batu dan pasir. Dari pengukuran karbon, alat-alat itu berusia sekitar 125 ribu tahun.

Temuan serta analisis Armitage dan timnya membuka analisis baru teori Out of Africa selama ini. Apa itu? Bahwa keluarnya manusia modern dari Afrika pertama kali belum tentu melewati Terusan Suez.

Memang isu tentang kapan dan melalui jalur mana penyebaran manusia modern dari Afrika menjadi sumber perdebatan sejak dulu. Walaupun ada bukti yang menunjukkan eksodus di sepanjang pantai Laut Tengah atau pesisir Arab sekitar 60 ribu tahun lalu.

Selain Armitage dan koleganya, tim peneliti lain adalah Hans Peter Uerpmann dari University of Tubingen di Jerman. Gabungan tim peneliti ini menganalisis permukaan laut dan catatan perubahan iklim di wilayah Tanduk Afrika selama periode interglacial terakhir atau sekitar 130 ribu tahun lalu.

Mereka menemukan petunjuk bahwa Selat Bab al-Mandab, yang memisahkan Arab dari Tanduk Afrika, menyempit karena paras muka laut yang rendah. "Manusia modern mungkin bisa berjalan menggunakan rakit atau perahu yang tentu dapat dibuat pada waktu itu," kata Uerpmann.

Dari sini menjadi gerbang eksodus Homo sapiens ke Semenanjung Arab, kemudian ke Bulan Sabit Subur dan India. "Arkeologi tanpa waktu seperti sebuah teka-teki dengan ujung saling terhapus," kata Armitage.

Menurut Armitage, kita memiliki banyak potongan informasi individu, tapi tidak dapat memasukkan mereka bersama-sama untuk menghasilkan gambar yang besar. Pada Jebel Faya, katanya, waktu mengungkapkan gambaran menarik di mana manusia modern bermigrasi keluar dari Afrika lebih awal dari perkiraan sebelumnya. Hal ini dibantu oleh fluktuasi iklim global dan permukaan laut di Jazirah Arab.

Peneliti lain antusias dengan penemuan di Jebel Faya. Namun mereka berhati-hati terhadap kesimpulannya. "Satu situs tidak dapat mengkonfirmasi hipotesis bahwa 'Out of Africa' melalui Saudi," kata arkeolog Mark Beech, dari Britain's University of York.

Meriam Henry Morgan Ditemukan di Panama

Meriam perunggu kapal perang Inggris Victory ditemukan oleh para arkelog kelautan, di perairan Florida (2/2). Kapal tersebut berlayar pada masa Raja George I, 264 tahun yang lalu. Foto: AP/Odyssey Marine Exploration, Inc

- Sejumlah arkeolog menyatakan menemukan enam meriam yang diduga dipakai pelaut terkemuka asal Welsh Henry Morgan. Mereka meyakini meriam itu berasal dari puing-puing kapal pasukan Henry yang tenggelam di perairan Panama.

Arkeolog yang tergabung dalam tim peneliti dari Amerika- Panama, memulihkan artefak ini dengan harapan bisa mengingatkan orang akan Legenda Laut Caribia."Setiap anak sekolah belajar mengenai Morgan, tetapi mereka tak pernah melihat peninggalannya," kata Arkelog Tomas Mendizibal, peneliti Patronato Panama Viejo, lembaga pemerintah yang menggali situs tentang Panama City. "Jika memang ini memang meriamnya, ini menjadi benda pertama," kata Mendizibal yang tak terkait dengan penemuan ini.

Pada tahun 1670-an, 470 laki-laki pasukan Morgan berangkat berlayar dengan tiga kapal menuju Castillo de San Lorenzo el Real de Chagres, benteng pelindung ibukota Panama City. Morgan dan pelaut lainnya melalui Sungai Chagres untuk bergabung dengan mereka, saat mereka merebut kota. Setidaknya tiga kapal menabrak Karang Lajas dan tenggelam.

Pasukan Morgan menepi dan menuju Panama City, yang berhasil mereka taklukkan, dengan berjalan kako. Kapal mereka yang rusak diabaikan dan menjadi harta karun bagi para arkeolog dan penjarah.

Morgan selama ini lebih dikenal sebagai perompak atau bajak laut, tetapi dia menjadi utusan kerajaan Inggris untuk menyerang kapal musuh dan melindungi koloni Inggris di Barbados dan Jamaica. Karena Angkatan Laut Inggris tak mampu melakukannya. Perompak Mogan selalu menjadi momok bagi pasukan Spanyol di Caribia dan Morgan menjadi kstaria serta dijadikan sebagai gubernur Jamaica.

Tim eksplorasi gabungan Amerika-Panama menyelusuri Sungai Chagres sejak 2008. Mereka banyak menemukan berbagai hal penting dalam sejarah. Sejak ditemukan Christopher Columbus 1502 dalam pelayaran keempatnya menuju dunia baru, Sungai Chagres menjadi pintu masuk menuju Panama City, pelabuhan utama Spanyol di Pasifik.
Setelah lepas dari kerajaan Spanyol pada akhir abad 18, Panama City menjadi pelabuhan mati dan pintu masuk bagi penyeludupan serta jual beli barang haram. Saat perburuan emas berlangsung di California, Sungai Chagres menjadi hidup lagi seiring dengan pembangunan jalur kereta api ke Colon dan tahun 1855 sungai ini menjadi terkucilkan lagi.

Di dasar Karang Lajas, arkeolog sekaligus Direktur National Oceanic and Atmospheric Administration Maritime Heritage Program di Silver Spring James P. Delgado, mengatakan, tim ini menemukan enam meriam. Semua meriam tertutup endapan lumpur, yang sudah menjadi batu, yang terbentuk sejak berabad-abad. Meriam diperkirakan berasal dari abad 17 dari kapal Morgan "yang dipakai untuk bertahan dari gempuran kapal Prancis," kata Delgado. "Orang-orang itu mengambil apapun yang bisa mereka bertahan."

Para arkeolog memperkirakan ada dua senjata terkubur di pasir bersama angkur, keramik, botol, dan artefak lain. Magnetometer mengindikasikan bahwa objek baja lain terkubur lebih dalam.

"Satu-satunya kecelakaan yang kami ketahui terjadi di karang itu miliknya (Morgan)," kata Delgado, yang bekerja bersama rekannya dari Texas State University-San Marcos, Waitt Institute di La Jolla dan National Institute of Culture Panama. Terlebih, penemuan peta tua di arsip lokal mengindikasikan lokasi kecelakaan di tempat dimana tim menemukan meriam itu. Para arkeolog tak berniat membawa meriam ke permukaan. Namun mereka khawatir situs itu sudah diketahui pemburu harta karun.

Perkakas Berusia 130 Ribu Tahun Ditemukan di Yunani

AP/Greek Culture Ministry
- Arkeolog menemukan kapak kasar dan peralatan lain di Pulau Kreta, Yunani. Usia peralatan itu diperkirakan sekitar 130 ribu-70 ribu tahun lalu.

Temuan ini membuktikan bahwa manusia sudah mampu berlayar sejak ribuan tahun lalu dari yang diperkirakan sebelumnya.
Pulau Kreta terpisah dari daratan Yunani sekitar 5 juta tahun lalu. Alhasil, kelompok manusia yang menggunakan alat tersebut harus menyeberangi laut sepanjang 40 mil.
Temuan sebelumnya, manusia menyeberangi Yunani pada 11 ribu tahun. Sementara umat manusia mampu berlayar mengarungi lautan sekitar 60 ribu tahun lalu.
Selain itu, pendapat umum yang diyakini nenek moyang manusia bermigrasi ke Eropa dari Afrika melalui darat.
Menteri Kebudayaan Yunani mengatakan temuan di Pulau Kereta mengubah pemahaman kita tentang kemampuan kognitif hominid awal.
Peralatan yang ditemukan itu terdapat di gua-gua dan tempat penampungan batu, dekat Desa Plakias.
Para arkeolog ini berasal dari Amerika School of Classical Studies di Athena dan Kementerian Kebudayaan.
Batu kasar dari peralatan itu berkaitan dengan Manusia Heidelberg dan Homo erectus, yang punah lebih awal dari ras manusia modern. Mereka berevolusi dari Afrika sekitar 200 ribu tahun yang lalu.
"Sampai sekarang kita tidak memiliki bukti kehadiran zaman batu awal di Kreta," kata Maria Vlazaki, arkeolog.
Menurut Maria, belum jelas dari mana para hominid berlayar. Apakah dari permukiman permanen, dari Afrika, atau dari daerah timur. Menurut dia, perlu studi lebih lanjut.

T-Rex, Pemburu Bukan Pemakan Bangkai

T Rex. 4us2be.com
- Selama ini, Tyrannosaurus Rex (T-Rex) dianggap sebagai rajanya dinosaurus. Tapi, ternyata, ada pula anggapan bahwa T-Rex tak sebuas yang digambarkan.


Sejak ditemukan lebih dari satu abad silam, para ahli paleontologi percaya bahwa T-rex adalah mesin pembunuh yang mengerikan.

Dengan gigi seberat enam ton dan otot yang didesain untuk membunuh, tak diragukan lagi bahwa binatang purba ini adalah rajanya dinosaurus.

Tapi kelahiran gelombang ilmuwan baru dalam satu dekade terakhir menyimpulkan bahwa T-Rex tak seperti yang dibayangkan selama ini.

Menurut mereka, tinggi T-Rex hanya 12 meter. Bentuknya lebih menyerupai kadal raksasa. Terlalu kaku dan lamban untuk berburu.

Akibatnya, ketika lapar, T-Rex hanya menunggu daging sisa buruan binatang lain. Dengan kata lain, T-Rex lebih menyerupai hyena ketimbang singa.

Pendapat seperti itu pertama kali muncul pada 2003, ketika ilmuwan Amerika, Jack Horner, mengategorikan T-Rex sebagai pemangsa bangkai.

Pada 2007, John Hutchinson dari Royal Veterinary College di Inggris membenarkan temuan itu. Menurut dia, T-Rex butuh lebih dari dua detik untuk berputar 45 derajat. Artinya, dia bukan binatang pemburu tangguh.

Tapi Chris Carbone dari Zoological Society di London membantah argumen itu. Menurut dia, binatang pemakan bangkai dengan pemburu memang memiliki ciri fisik hampir sama.

"Yang kami lakukan adalah melihat ekosistemnya, lalu membuat daftar lengkap semua spesies yang ada di sana," kata Carbone. "T-Rex mendominasi."

Mumi Utuh dari Dinasti Ming Ditemukan

Mumi dari Dinasti Ming (Daily Mail)

Jiangsu - Sebuah mumi wanita dengan kondisi nyaris utuh ditemukan di Kota Taizhou, Provinsi Jiangsu Cina. Mumi yang diperkirakan berusia 700 tahun itu diduga berasal dari Dinasti Ming yang berkuasa pada tahun 1368-1644.

Arkeolog Cina terkejut dengan temuan mumi yang berbentuk sempurna itu. Saat ditemukan mumi berada dalam peti kayu yang terkubur beberapa meter di bawah sebuah jalan yang ramai di Taizhou, bagian timur Cina.

Mumi ditemukan oleh sekelompok pekerja yang sedang melakukan penggalian untuk membangun jalan. Mereka menemukan tiga peti mati, salah satunya berisi mumi.

Bentuk mumi masih sangat terjaga, dari kulitnya, rambut, bulu mata, juga wajahnya masih utuh. "Meski berumur ratusan tahun, tapi seperti baru saja mati," kata salah seorang arkeolog, Jumat (5/3).

Saat ditemukan para pekerja, tubuhnya terendam cairan berwarna cokelat, yang kemungkinan berfungsi menjaga keutuhan tubuhnya. Direktur museum lokal Wang Weiyin menjelaskan, teknologi pembuatan mumi hanya digunakan dalam pemakaman di kalangan kelas atas.

Pembuatan mumi yang alamiah bisa dilakukan jika jenazahnya cepat kering, misalnya di daerah gurun atau jika jenazah dipenuhi air tanpa oksigen, sehingga tidak ada degradasi bakteri.

Mumi perempuan yang memiliki tinggi 1,52 meter, memakai cincin di tangan kanannya. Di dalam petinya juga ditemukan tulang-tulang, keramik dan benda-benda antik lainnya. Identitasnya tidak diketahui, tetapi ia diduga berasal dari Dinasti Ming, yang dikenal dengan bangunan tembok Cina dan Kota Terlarang-nya. Diperkirakan wanita itu berasal dari keluarga kelas atas yang sejumlah muminya telah ditemukan selama 30 tahun terakhir ini.

Tujuh Makam Berusia 500 Tahun Ditemukan di Sumenep

Ilustrasi Makam Kuno. (marclamonthill)

Sumenep -Pemerintah Sumenep akan meneliti temuan makam kuno yang diperkirakan berusia 500 tahun di Dusun Kampung Baru, Desa Pandian, Sumenep Jawa Timur. "Harus diteliti dulu, makam siapa itu supaya jelas silsilahnya," kata Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Sumenep Mohammad Natsir saat dihubungi Selasa (08/03).
Memperjelas silsilah ke tujuh makam kuno itu penting agar diketahui siapa mereka dan apakah ada kaitannya dengan makam-makam raja-raja keraton Sumenep Asta Tinggi. Untuk kepentingan itulah, Natsir berencana mendatangkan ahli sejarah. "Kalau penemu makam tahu silsilahnya, tolong diberitahukan kepada kami," ujarnya.

Dari pantauan Tempo, di salah satu nisan makam kuno ditemukan tulisan dalam bahasa Arab yaitu Syeh Sayyid Abdullah, dia berjuluk Maha Pati Raja Anggadipa. Selain nama ada ukiran dua kalimat syahadat, sholawat nabi dan tulisan dalam bentuk huruf Jawa kuno caraka yang menunjukkan tahun wafat Syekh Sayyid Abdullah yaitu 1151 hijriyah.

Bahkan salah satu makam diyakini warga sebagai makam saudara kandung Sunan Bonang karena pada nisannya terdapat tulisan arab berbunyi Bonang yang wafat tahun 1241 hijriyah.

Penemu tujuh makam kuno ini, Sunarto, warga Desa Pandian menuturkan penemuan makam kuno tersebut bermula dari petunjuk ki Misnadar, warga Kecamatan Dasuk. Saat berkunjung ke rumahnya 10 Februari lalu, Ki Misnadar menyuruhnya membersihkan makam kuno di dekat rumahnya. "Karena ada makam Wali yang perlu dirawat," kata Sunarto menirukan ucapan ki Misnadar.

Setelah dibersihkan, dibawah rerimbun alas, ditemukan makam Kuno, mulanya satu namun setelah dibersihkan semua ada tujuh makam. "Memang dari dulu banyak keanehan, saya sering melihat kilatan cahaya dari komplek pemakaman ini," ujar Sunarto yang bekerja sebagai mekanik ini.

Terpisah, Ki Misnadar yang biasa disapa Ki Agung yang dihubungi wartawan via selulernya mengaku dia melihat makam tersebut lewat mata bathin atau indra ke enamnya. "Saya yakin disana ada makam wali Allah, ternyata betul," ungkapnya.

MUSTHOFA BISRI